Cerpen: Senyum Yang Kutemukan Di Waktu Lain
Hujan selalu datang tanpa permisi di kota ini, sama seperti notifikasi dari dia yang dulu selalu kutunggu. Sekarang, hanya tetes air yang bergemuruh di jendela, menyanyikan lagu pilu tentang kehilangan.
Aroma kopi dari kedai langganan, tempat kita pertama bertemu, tak lagi sama. Dulu, uapnya menghangatkan percakapan kita, sekarang hanya menyisakan jejak pahit di lidah, mengingatkanku pada janji yang tak ditepati.
Di layar ponsel, sisa chat yang tak terkirim bertebaran seperti pecahan kaca. Kata-kata yang kurangkai dengan susah payah, sekarang hanya menjadi hantu digital, bergentayangan di antara aplikasi dan kenangan yang tak bisa kuhapus.
Dia, Aksara, adalah misteri yang belum terpecahkan. Pertemuannya denganku bagai meteor yang melintas, indah namun singkat. Sentuhannya meninggalkan jejak yang membakar, namun menghilang secepat kilat.
Ada sesuatu yang disembunyikannya. Aku merasakannya di setiap senyumnya yang terlambat, di setiap tatapan matanya yang mengelak, di setiap alasannya yang terdengar seperti kebohongan yang dibungkus rapi.
Waktu terus berjalan, namun hatiku seperti terjebak di lorong waktu. Aku terus mencari jawabannya, menggali masa lalu, mencoba menemukan kepingan puzzle yang hilang.
Dan kemudian, aku menemukannya. Tersembunyi di antara foto-foto lama, di dalam diary digital yang dikunci dengan password yang akhirnya kubuka. Sebuah rahasia yang begitu besar, begitu menyakitkan, hingga membuatku terdiam.
Dia tidak pernah sendirian. Ada bayangan lain di dalam hidupnya, seseorang yang lebih dulu mengisi hatinya. Aku hanyalah persinggahan sementara, sebuah pelarian yang menyenangkan, namun tidak pernah sungguh-sungguh berarti.
Amarah membakar diriku. Aku ingin berteriak, menuntut penjelasan, membalas semua rasa sakit ini. Namun, aku memilih jalan yang berbeda. Balas dendamku akan lembut, namun akan membekas.
Aku mengirimkan pesan terakhir. Sebuah foto lama, foto kita tertawa bahagia di bawah hujan. Di atasnya, kutulis satu kalimat: "Terima kasih atas senyum yang kutemukan di waktu lain."
Kemudian, aku memblokir semua kontaknya. Aku menghapus semua foto dan chat. Aku menghilang dari hidupnya, seperti dia menghilang dari hatiku.
Aku meninggalkannya tanpa kata, tanpa penjelasan, meninggalkan dia dengan kehampaan yang sama yang kurasakan.
Aku tahu, dia akan menyesal. Aku tahu, dia akan mencariku. Namun, aku sudah memutuskan. Aku berhak bahagia, tanpa dia.
Dan sekarang, aku bisa tersenyum. Senyum yang sejati, senyum yang tidak lagi diwarnai oleh air mata dan kebohongan.
Aku bangkit, melangkah maju, menuju masa depan yang pasti lebih baik.
Mungkin, aku akan menemukannya lagi di waktu yang lain. Tapi, mungkin juga tidak.
You Might Also Like: Reseller Kosmetik Modal Kecil Untung