Ini Baru Drama! Cinta Yang Menyamar Sebagai Dosa
Cinta yang Menyamar Sebagai Dosa
Seratus tahun telah berlalu, debu waktu menutupi prasasti cinta dan pengkhianatan.
Bunga Wisteria ungu kembali bermekaran di taman terlarang Istana Azure. Wangi semerbaknya menusuk indra, membangkitkan kenangan samar akan melodi seruling bambu yang sayup-sayup terdengar. Di sanalah, di bawah naungan Wisteria, seorang gadis bernama Mei Lan berdiri. Dia bukan siapa-siapa, hanya pelayan istana yang rendah hati. Namun, tatapannya menyimpan kedalaman yang tak sesuai dengan usianya, seolah menyimpan rahasia dari masa lampau yang jauh.
Di sisi lain, Pangeran Rui, pewaris takhta yang dingin dan berkuasa, merasakan getaran aneh setiap kali melihat Mei Lan. Suara tawanya, meski lirih, terasa seperti gema dari mimpi-mimpi yang terlupakan. Ia merasa mengenalnya, bukan hanya sebagai pelayan, tapi sebagai bagian dari dirinya yang hilang.
"Suaramu…," bisik Pangeran Rui suatu malam, saat tanpa sengaja berpapasan dengan Mei Lan di lorong istana. "Suaramu seperti… cahaya bulan di malam kelam."
Mei Lan hanya menunduk, jantungnya berdebar kencang. Kata-kata Pangeran bagaikan kunci yang membuka peti mati berisi kenangan yang terkubur dalam jiwanya. Ia ingat, seratus tahun lalu, ia adalah Lian, seorang putri yang jatuh cinta pada seorang jenderal pemberani. Jenderal itu, tak lain adalah reinkarnasi dari Pangeran Rui.
Cinta mereka, indah namun terlarang, bersemi di tengah intrik dan pengkhianatan istana. Ayah Lian, seorang kaisar yang haus kekuasaan, menjanjikannya pada seorang pangeran dari kerajaan lain demi memperkuat aliansi. Lian dan jenderal itu bersumpah akan melarikan diri, hidup bersama selamanya.
Namun, malam itu, jenderal itu tiba-tiba menghilang. Lian ditemukan bunuh diri di bawah pohon Wisteria, menggenggam seruling bambu kesayangannya. Sebelum menghembuskan napas terakhir, ia bersumpah akan kembali, menagih janji dan membalas dosa yang telah menghancurkan hidupnya.
Kebenaran pahit terungkap perlahan. Pangeran Rui, atau lebih tepatnya, jenderal di kehidupan sebelumnya, telah dijebak oleh Kaisar. Ia dipaksa untuk pergi, meninggalkan Lian dengan hati hancur. Dosa terbesar Kaisar adalah memisahkan dua jiwa yang ditakdirkan untuk bersama.
Mei Lan, sebagai reinkarnasi Lian, memiliki kesempatan untuk membalas dendam. Ia bisa menghancurkan Pangeran Rui, membalas rasa sakit dan pengkhianatan seratus tahun lalu. Namun, tatapan mata Pangeran Rui yang penuh penyesalan, bisikan maaf yang tulus dari bibirnya, meluluhkan hatinya yang membeku.
Ia sadar, kebencian hanya akan memperpanjang lingkaran setan. Membalas dendam tidak akan mengembalikan Lian, tidak akan menghapus rasa sakitnya.
Pada akhirnya, Mei Lan memilih keheningan. Ia meninggalkan istana, menghilang tanpa jejak. Ia membiarkan Pangeran Rui hidup dengan penyesalannya, dengan beban dosa yang telah ia tanggung selama seratus tahun. Pembalasan dendamnya adalah pengampunan, sebuah pelajaran yang lebih menyakitkan daripada kemarahan yang meledak-ledak.
Di bawah pohon Wisteria yang kembali bermekaran, Pangeran Rui berdiri termenung. Ia menggenggam seruling bambu yang ia temukan di bawah pohon itu, seolah sebuah fragmen dari masa lalunya.
Saat angin berhembus, ia mendengar bisikan samar, seperti gema dari kehidupan sebelumnya:
" …Di kehidupan selanjutnya, temukan aku. Bukan untuk membalas dendam, tapi untuk mematahkan kutukan… "
You Might Also Like: Skincare Lokal Untuk Kulit Tropis_13