Cerpen Seru: Bayangan Yang Menuntun Ke Masa Silam
Bayangan yang Menuntun ke Masa Silam
Langit Kota Terlarang di malam hari, seabad berlalu, masih menyimpan aroma kenangan. Bintang-bintang seolah berbisik tentang sebuah janji yang belum terpenuhi. Mei Lan, seorang pelukis muda dengan bakat luar biasa, merasakan tarikan aneh setiap kali ia melewati gerbang istana. Bukan hanya deja vu, tapi sesuatu yang lebih dalam, sebuah simfoni yang belum selesai.
Di studionya, Mei Lan melukis bunga plum yang mekar di tengah salju. Ia bahkan tidak tahu mengapa ia melukisnya. Tapi setiap goresan kuasnya terasa familiar, seolah tangannya dituntun oleh memori orang lain.
Lalu, ia bertemu dengan Pangeran Rui, pewaris tahta yang misterius dan dingin. Pangeran Rui memiliki aura melankolis yang mendalam. Matanya, gelap dan menusuk, seolah mampu menembus jiwa Mei Lan. Setiap kali tatapan mereka bertemu, jantung Mei Lan berdebar tak terkendali.
"Suaramu… aku pernah mendengarnya," bisik Pangeran Rui suatu malam di bawah rembulan purnama, suaranya bergetar.
Mei Lan terkejut. "Pangeran bercanda. Kita baru bertemu."
Namun, ia tahu, jauh di lubuk hatinya, bahwa kata-kata Pangeran Rui benar.
Kisah mereka berlanjut, diwarnai dengan pertemuan rahasia dan mimpi-mimpi aneh. Dalam mimpinya, Mei Lan melihat dirinya sebagai seorang putri, terkurung dalam istana yang megah namun sunyi. Ia melihat seorang pria, seorang jenderal muda yang gagah berani, mencintainya dengan segenap jiwa. Pria itu adalah Pangeran Rui, seratus tahun yang lalu.
Mereka berjanji untuk bersama, namun takdir bermain dengan kejam. Sang jenderal dituduh berkhianat dan dieksekusi. Sang putri, putus asa, bunuh diri dengan meminum racun setelah bersumpah akan membalas dendam.
Kebenaran pahit mulai terungkap. Mei Lan dan Pangeran Rui adalah reinkarnasi dari sang putri dan jenderal. Dosa masa lalu mereka, pengkhianatan dan kematian tragis, telah mengikat jiwa mereka dalam lingkaran reinkarnasi. Janji balas dendam sang putri terus membayangi mereka.
Namun, Mei Lan yang baru, yang dibesarkan dengan nilai-nilai kesabaran dan welas asih, memilih jalan yang berbeda. Ia tidak akan membalas dendam dengan kemarahan. Ia akan membalas dendam dengan keheningan dan pengampunan.
Di hadapan makam sang jenderal, Mei Lan membisikkan sebuah janji. "Aku memaafkan mereka yang telah menyakitimu. Aku memaafkan mereka yang telah membunuh kita. Semoga jiwa kita tenang."
Pangeran Rui, yang menyaksikan semuanya, menatap Mei Lan dengan tatapan penuh cinta dan kekaguman. Ia tahu, di dalam hati, bahwa balas dendam sejati adalah melepaskan.
Kisah mereka berakhir dengan sebuah lukisan. Lukisan bunga plum yang mekar di tengah salju, sebagai simbol harapan dan pemurnian. Mei Lan dan Pangeran Rui menemukan kedamaian, bukan dengan membalas dendam, tetapi dengan memaafkan.
Namun, di balik lukisan itu, tersembunyi sebuah kalimat yang ditulis dengan tinta merah: "Ingatlah janji kita…"
You Might Also Like: 123 5 Tips Bikin Pumpernickel Yang