Wajib Baca! Bayangan Yang Menyeret Jubah Kaisar
Bayangan yang Menyeret Jubah Kaisar
Lentera-lentera istana bergoyang lirih, memantulkan cahaya remang di permukaan danau buatan yang tenang. Angin malam berbisik, menyayat kalbu Kaisar Xuanzong seperti ribuan jarum. Guqin di paviliunnya, biasanya setia menemaninya dengan melodi agung, kini hanya membisu.
Dulu, istana ini riuh dengan tawa Permaisuri Lian, bunga teratai yang merekah di hatinya. Dulu, ia memiliki segalanya: kekuasaan, cinta, dan seorang pewaris yang gagah berani. Kini? Hanya bayangan yang menyeret jubah kebesarannya, mengingatkan pada kekosongan yang menganga.
Pengkhianatan. Kata itu terukir dalam benaknya, sedalam goresan pedang pada batu giok. Lian, wanita yang ia puja, bersekongkol dengan Pangeran Rong, adik kandungnya, untuk merebut takhta. Sakit? Tentu saja. Marah? Lebih dari itu. Namun, Xuanzong MEMILIH DIAM.
Bukan karena ia lemah. Bukan karena ia takut. Tapi karena ia tahu rahasia yang lebih besar, rahasia yang bisa menghancurkan seluruh Dinasti Tang. Lian mengandung anak Rong, bukan anaknya. Pengakuan itu akan menghancurkan kepercayaan rakyat, memicu perang saudara, dan menghancurkan segalanya yang telah ia bangun.
Maka, Xuanzong memainkan perannya. Ia terlihat lesu, kehilangan semangat, membiarkan Lian dan Rong merajalela. Ia membiarkan mereka merasa menang. Ia bahkan menyetujui pernikahan Lian dengan Rong, memberikan mereka takhta tanpa perlawanan.
Di balik senyum pahitnya, Xuanzong menyimpan RENCANA.
Misteri mulai menguat ketika satu per satu jenderal kesetiaannya meninggal dalam keadaan aneh. Diduga sakit, namun Xuanzong mencium aroma racun yang sama: Akar Neraka, racun langka yang hanya diketahui oleh segelintir tabib istana. Siapa pengkhianat di antara orang-orangnya?
Bertahun-tahun berlalu. Rong menjadi kaisar lalim, menindas rakyat dan memboroskan kekayaan negara. Lian, di sisi lain, hidup dalam ketakutan. Ia tahu bahwa Xuanzong tahu. Ia melihat tatapan mata Xuanzong setiap kali mereka bertemu, tatapan yang menyimpan api pendendam di baliknya.
Suatu malam, seorang kasim tua menyerahkan surat rahasia kepada Xuanzong. Surat itu berisi daftar nama para pengkhianat yang bekerja untuk Rong, lengkap dengan bukti-bukti korupsi dan pengkhianatan mereka. Di akhir surat, tertulis satu nama yang membuat Xuanzong terkejut: Permaisuri Lian.
Ternyata, Lian tidak hanya mengkhianatinya dengan Rong, tetapi juga berencana mengkhianati Rong dengan merebut takhta untuk dirinya sendiri. Akar Neraka? Dia yang memerintahkannya. Jenderal-jenderal kesetiaan Xuanzong? Dia yang membunuh mereka.
Namun, takdir memiliki cara yang unik untuk membalas dendam. Rakyat, yang telah lama menderita di bawah pemerintahan Rong, bangkit memberontak. Rong dan Lian ditangkap dan dipenjara. Dinasti Tang berada di ambang kehancuran.
Xuanzong, dengan jubah usangnya, muncul di hadapan rakyat. Dengan suara bergetar, ia menceritakan segalanya: pengkhianatan Lian, kelaliman Rong, dan rahasia yang ia simpan selama ini. Ia tidak meminta takhta kembali. Ia hanya meminta satu hal: keadilan.
Rakyat, terharu dengan kejujurannya dan marah dengan pengkhianatan tersebut, menghukum mati Rong dan Lian. Dinasti Tang, yang nyaris hancur, diselamatkan oleh seorang jenderal muda yang jujur dan berani.
Xuanzong, di akhir hayatnya, hanya tersenyum tipis. Balas dendamnya telah terwujud. Bukan dengan kekerasan, tapi dengan takdir yang berbalik arah. Ia tidak mendapatkan kembali takhta, tetapi ia mendapatkan kembali kedamaian.
Di ranjang kematiannya, ia mendengar lantunan guqin dari kejauhan. Itu bukan melodi agung, melainkan alunan lirih yang penuh penyesalan, seperti air mata yang jatuh di atas batu nisan.
"Terkadang, kehancuran terindah adalah ketika kau melepaskan dendam dan membiarkan sejarah mencatat segalanya…"
You Might Also Like: Discover Companies That Made Splash In